Senin, 05 Agustus 2013

TUMPENG JADI REBUTAN WARGA BLITAR

SURYA Online, BLITAR-Sedikitnya 1.000 orang meramaikan peringatan Hari Jadi Blitar Raya yang ke-659, di pendopo kabupaten, Senin (5/8). Peringatan kali ini lain dengan biasanya karena kali ini sekalian memberikan nama pendopo.
Selama pendopo Kabupaten Blitar belum diberi nama. Bersamaan peringatan hari jadi Blitar Raya sore itu, pendopo yang penuh dengan ukiran kayu kuno itu diberi nama Pendopo Agung Ronggo Hadi Negoro. Itu diambil dari nama Bupati Blitar pertama, yang menjabat tahun 1851-1859.
"Pemberian nama itu untuk menghormati bupati pertama. Itu juga sudah kami musyawarahkan dengan semua pihak," kata Bupati Herry Noegroho saat ditemui di lokasi peringatan.
Peringatakan itu dimulai dengan mengarak dua tumpeng berukuran besar atau setinggi sekitar 1,5 meter. Kedua tumpeng berlainan namanya, yakni tumpeng Bopo Angkoso atau tumpeng lanang dan tumpeng Ibu Bumi atau tumpeng wadon.
Sesuai dengan namanya, untuk tumpeng wadon dilengkapi sayur-sayuran seperti kacang panjang, tomat, wortel. Sedang tumpeng lanang, dipenuhi lauk pauk, di antaranya, ayam panggang (ingkung). Kedua tumpeng itu merupakan melambangkan kesuburan warga Kabupaten Blitar.
"Karena ini bulan puasa, maka kedua tumpeng besar itu tak sampai diarak keliling kota. Pertimbangannya, di antaranya karena para pesertanya puasa semua, sehingga cukup diarak di sekitar pendopo saja," ujar Herry.
Dijelaskan Herry, kedua tumpeng itu merupakan simbol kehidupan manusia. Yakni, ada laki dan perempuan. "Itu juga mengambarkan kalau Kabupatan Blitar subur. Tumpeng lanang atau bopo angkoso itu turun dari kayangan diterima tumpeng wadon atau ibu bumi, sebagai simbol kesuburan," ungkap Herry.
Selain mengarak kedua tumpeng, para peserta juga mengarak foto para mantan bupati Blitar. Usai diarak, tumpeng itu dibawa dibawa masuk ke pendopo, untuk diserahkan ke bupati secara simbolis.
Selanjutnya, tumpeng dibagikan ke masyarakat yang menyaksikan peringatan hari jadi tersebut. Tak pelak, tumpeng itu jadi rebutan masyarakat. Itu merupakan momen yang ditunggu masyatakat setiap berlangsung peringatan hari jadi, mereka selalu menunggunya.
"Kami ingin mendapat berkah dari tumpeng itu karena habis disuguhkan pada bupati untuk memperingati kabupaten ini," ujar Suwondo (51), warga Kelurahan/Kec Sukorejo.

0 komentar:

Posting Komentar