Sabtu, 06 Juli 2013

PRASASTI CUNGGRANG DI DUSUN SUKCI DESA BULUSARI GEMPOL PASURUAN


Prasasti Cunggrang dibuat pada 18 September Tahun 851 Saka atau 929 Masehi atas perintah Empu Sindok, Pendiri Wangsa Isyana Kerajaan Medang (Mataram kuno). Dari data-data sejarah yang ada pada Prasasti Cunggrang disebutkan bahwa Empu Sindok membuat Prasasti Cunggrang sebagai ucapan terima kasih Empu Sindok kepada penduduk Cunggrang yang bergotong royong merawat pertapaan, prasada, dan merawat pancuran air di Pawitra. Pawitra adalah nama lain dari Gunung Penanggungan. Dusun Cunggrang kemudian dijadikan sebagai Sima (daerah bebas pajak) oleh Empu Sindok. Pada waktu itu, Cunggrang berada di dalam Watek (struktur pemerintahan daerah setingkat kabupaten) Bawang di bawah kekuasaan Wahuta Wungkal. Kini, Cunggrang berada di Dusun Sukci Desa Bulusari Kecamatan Gempol.
Tanggal pembuatan Prasasti Cunggrang 18 September kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pasuruan yang pada tahun 2012 usia Kabupaten Pasuruan genap 1083 tahun. Sejak 2010, setiap tanggal 18 September sebagai puncak peringatan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, selalu diadakan Kirab Budaya yang dimulai dari Prasasti Cunggrang.
Tapi, ironisnya, Prasasti Cunggrang tidak terawat dengan baik. Tulisan Jawa kuno yang diukir pada Prasasti Cunggrang sudah tidak dapat dibaca lagi. Isi prasasti masih dapat diketahui melalui replika yang dibuat dari bahan tembaga yang saat ini disimpan di Katedral Bunda Hati Kudus Kota Malang. Hilangnya tulisan pada prasasti tersebut bisa jadi karena perawatan yang ala kadarnya terhadap Prasasti Cunggrang. Pemerintah Kabupaten Pasuruan maupun pemerintah pusat terkesan setengah hati dalam memelihara situs bersejarah ini. Kalaupun ada bangunan seperti pendopo yang dibangun pada tahun 2001 untuk melindungi Prasasti Cunggrang, itu merupakan swadaya dari masyarakat. Masyarakat sering mengajukan permohonan dana untuk perawatan situs bersejarah ini, tapi tidak pernah dipenuhi oleh Pemkab Pasuruan.
Sungguh ironis. Kemegahan Kirab Budaya untuk memperingati hari jadi Kabupaten Pasuruan yang diadakan tiap tahun dan pasti menghabiskan biaya puluhan hingga ratusan juta, ternyata tidak diiringi dengan perawatan Prasasti Cunggrang yang hanya berukuran 126 x 96 sentimeter. Padahal, adanya prasasti tersebut yang menjadi acuan perayaan hari jadi Kabupaten Pasuruan. Bahkan, di prasasti tersebut, kegiatan Kirab Budaya diawali. Padahal terdapat banyak pengetahuan sejarah yang ada di dalam prasasti tersebut. Misalnya, tradisi gotong royong penduduk Pasuruan yang sudah ada sejak dulu. Dalam prasasti tersebut juga tercermin religiusitas nenek moyang Kabupaten Pasuruan sesuai dengan agama yang dianut pada jamannya, dimana religiusitas tersebut masih terasa sampai sekarang, dengan dikenalnya Kabupaten Pasuruan sebagai kota santri.
Semoga Prasasti Cunggrang dan banyak peninggalan sejarah yang lain lebih diperhatikan oleh Pemerintah. Supaya, peninggalan dari para leluhur dapat terjaga dengan baik, dan anak cucu kita nanti dapat mengetahui dengan benar asal usul keberadaan Pasuruan tercinta.

0 komentar:

Posting Komentar