CANDI PARI PORONG SIDOARJO

Candi Pari adalah sebuah peninggalan Masa Klasik Indonesia di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur. Lokasi tersebut berada sekitar 2 km ke arah barat laut pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas saat ini

JEMBATAN PORONG-GEMPOL

Jembatan Porong Gempol dibangun pada masa penjajahan belanda, merupakan jalan penghubung yang sangat vital.

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK DI GEMPOL

Penghasilan masyarakat gempol di bidang pemanfaatan afalan perusahaan yang diperuntukkan masyarakat sekitar perusahaan yang terkena dampak baik langsung ataupun tidak langsung, afalan ini kemudian dikelolah dengan dikordinir oleh karya muda dengan kapasitas pekerja Rata-rata 200 orang bahkan mencapai 400 orang tiap harinya, upah pekerja dibayarkan langsung

CANDI BELAHAN ATAU CANDI SUMBER TETEK

Candi Belahan atau Candi sumber Tetek terletak di wilayah Dusun Belahan, Desa Wonosonyo, Kecamatan Gempol, Pasuruan, Jawa Timur, tepatnya sekitar 40 km dari kota Pasuruan. Candi ini sebenarnya kalau dilihat dari arsitektur bangunannya merupakan petirtaan yang sangat unik dan mempesona, karena terdapat dua patung wanita Dewi Sri serta Dewi Laksmi.

LUMPUR LAPINDO

Bencana Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

BANYU BIRU PASURUAN

Salah satu wisata favorit di Pasuruan, di banyu biru ini terdapat 4 kolam renang dan beberapa play ground. dari 4 kolam renang tersebut 2 diantaranya adalah kolam renang asli yang airnya dari sumber, air berwarna putih jernih agak kebiru-biruan, warna keliatan agak biru karena air sumber yang dalam.Wisata Alam banyu biru terletak disebelah Selatan kota Pasuruan,sekitar 30 menit perjalanan dari kota Pasuruan.

TITIK RAHMAWATI, S.IP, S.Pd.I (Bunda Titik)

Bunda Titik lahir di Wonoayu Gempol Pasuruan dan menyelesaikan pendidikan ilmu politik di Universitas Airlangga dan melanjutkan pendidikannya di IKIP PGRI Jember jurusan kependidikan. Berperan aktif dalam pendidikan PAUD dan TK dan mempunyai Lembaga Kursus Global di Tempel Pasuruan. Saat ini tinggal dan sebagai warga Surabaya namun dia ingin Gempol mencapai kejayaan seperti zaman Majapahit.

SMK WALISONGO 1 GEMPOL

SMK WALISONGO 1 GEMPOL adalah SMK terbesar se Kabupaten Pasuruan. Di dalamnya memiliki fasilitas yang memadai dan memiliki tenaga pengajar dari luar negeri (native speaker). Tidak hanya itu, SMK Walisongo 1 yang lebih dikenal dengan sebutan SWASA ini juga memiliki bibit-bibit penerus bangsa dan pengusaha yang tak kalah hebat dari SMK Negeri lainnya.

Jumat, 02 Agustus 2013

MAKAM MBAH RATU AYU BANGIL PASURUAN

Mbah Ratu Ibu juga disebut Mbah Ratu Ayu memiliki nama asliSyarifah Khadijah putri dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), cerita dimakamkannya Mbah Ratu Ayu Ibu di Bangil ini bermula. Ketika suatu saat putri Sunan Gunung Jati ini, mendadak dirundung rasa kangen yang begitu dalam kepada kedua putranya yang tengah belajar agama di pondok pesantren milik Mbah Soleh Semendi di daerah Winongan, yang tak lain adalah masih familinya.

Akhirnya berangkatlah beliau mengunjungi kedua putranya, Sayid Arif Segoropuro dan Sayid Sulaiman Mojoagung yang belajar di pesantren di Winongan. Namun sepulang menjenguk kedua putranya tersebut, Mbah Ratu Ibu mendadak sakit saat di daerah Bangil dan akhirnya meninggal. Setelah meninggal Syarifah Khadijah dimakamkan di pemakaman di daerah yang sekarang disebut dengan Wetan Alun karena memang letaknya di Wetan (Bahasa Jawa yang artinya Timur) dari alun-alun Bangil.


Komplek ini terletak persis dibelakang rest area swadesi, diperikirakan berumur sudah ratusan tahun, sebelumnya komplek ini tak ada bedanya dengan komplek-komplek makam yang lain, hanya komplek makam biasa, suatu saat ada seorang kyai dari daerah Lawang Malang bernama Kyai Ba'bud mengunjungi komplek ini dan menemukan sebuah makam yaitu makam Syarifah Khadijah, Kyai Ba'bud mempercayai kalau makam ini bukan makam dari orang biasa atau lebih tepatnya seorang wali menurutnya, maka kemudian dibangun sebuah kijing (bangunan makam) dan dalam perkembangannya dibangunkan sebuah gedung untuk menandai komplek tersebut, dalam komplek ini terdapat beberapa makam diantaranya makam Syarifah Khadijah (Mbah Ratu Ayu/Ratu Ibu), Abdullah Bin Abdur Rahman, dan pembantunya, serta makam KH.Qosyim Muzammil, juga terdapat satu makam lagi yang terpisah dari bangunan ini, terletak di sebelah timurnya yaitu makam Habib Qosim Basyaiban.

Makam Habib Qosim

Makam Habib Qosim
Makam Habib Qosim Basyaiban ini terletak dalam gedung sendiri dengan gaya kuno, terlihat dari bangunan gedung dan kijing yang jelas sekali kalau makam ini sudah sangat tua, memang belum diketahui persis kapan bangunan ini dibangun, tapi menurut H.NUR salah satu warga yang memiliki stan yang menjual busana muslim dan souvenir khas bangil persis di depan makam Mbah Ratu Ibu, makam ini juga sudah berumur ratuan tahun.

Komplek ini banyak dikunjungi peziarah dari berbagai daerah dan berbagai kalangan, apalagi ketika digelar acara Haul peringatan wafatnya Mbah Ratu Ibu, ratusan peziarah dari seluruh pulau jawa dan dari berbagai daerah di seluruh nusantara berkumpul disini untuk memperingati Haulnya.

Souvenir dan Busana Muslim
Souvenir dan Busana Muslim
komplek pemakaman ini didukung dengan adaanya Masjid, Rest Area dengan rumah makan yang menyajikan makanan khas Bangil seperti Gule Sate serta lahan parkir yang cukup luas, di tambah lagi UKM-UKM khas seperti busana bordir, souvenir juga terdapat dalam satu komplek. Akses untuk menuju komplek ini juga sangat mudah karena terdapat Halte tempat transit travel, bus antar kota dan antar propinsi yang menuju Surabaya, Probolinggo, Banyuwangi, Bali dan Lombok, yang hampir semua berhenti di tempat ini yang dikenal dengan swadesi.

Keberadaan Mbah Ratu Ibu tersebut juga dikenal sebagai sosok waliyullah perempuan yang cukup terkenal dengan karomahnya. Dikisahkan dari warga sekitar areal makam, Syarifah khodijah ini, sejatinya adalah merupakan salah satu putri dari Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. "Pernah ada anak usia 12 tahun yang sejak lahir tidak bisa bicara. Tapi tiba-tiba bisa bicara setelah menghadiri haul Mbah Ratu Ibu ini, dan ini adalah salah satu karomah wali perempuan disini mas. Karena wali perempuan jarang, makanya karomahnya begitu hebat," ujar salah satu warga di sekitar makam.

WARGA DUSUN KETAPAN, PEKOREN KAB PASURUAN TOLAK PEMBAGUNAN TOL GEMPOL PASURUAN

Pasuruan (beritajatim.com) - Warga Dusun Ketapan, Desa Pekoren, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan melakukan aksi unjuk rasa di jalan dusun setempat, Jumat (2/8/2013). Mereka menolak pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan.

Dalam aksinya, warga memblokir jalan yang selama ini dilalui truk pengangkut sirtu menuju lokasi proyek jalan tol. Mereka memblokir jalan dengan membakar ban. "
Rumah-rumah warga terkena debu, tidak ada kompensasinya," ujar Effendi, salah satu pengunjuk rasa.

Menurut Effendi, akibat terkena getaran lalu lintas truk-truk pengangkut sirtu dan alat-alat berat di lokasi proyek jalan tol Gempol-Pasuruan, tak sedikit rumah warga yang retak. "Kena getaran, banyak rumah yang retak. Apalagi di daerah sini tanahnya gerak," katanya.

Para pengunjuk rasa menilai, pelaksana proyek jalan tol Gempol-Pasuruan selama ini tidak peduli terhadap warga sekitar. "Selama ini tidak ada tanggapan. Warga sudah 3 kali ke PT Waskita, tapi tidak ditanggapi," ungkap Effendi kepada beritajatim.com.

Warga pun mengancam, mereka akan terus menggelar aksi hingga pelaksana proyek jalan tol Gempol-Pasuruan memberikan kompensasi kepada warga terdampak. "Kita aksi sampai PT Waskita menuruti kehendak kita," tandasnya.

Senin, 15 Juli 2013

DIJUAL RUKO DAERAH NGAGEL JAYA SURABAYA

Dijual ruko lokasi kota Surabaya,Jl. Ngagel Jaya Selatan no 34.
ukuran 5 x 12
3 lantai.
Harga 900jt nego. 

HUB. RATIH 
HP. 085852171971

DIJUAL RUMAH LOKASI PINGGIR JALAN DHARMAWANGSA SURABAYA

Rumah dijual terletak di lokasi sangat strategi cocok sebagai pertokoan daerah dharmawangsa surabaya ukuran 17 x 21,65 m2 harganya Rp. 4,5 miliar.

HUB BAPAK BAGIO
HP. 081329935618

ALAMAT :
Jl. Dharmawangsa 138 surabaya
Jl. Kertajaya 7c/24 Surabaya

Jumat, 12 Juli 2013

BUNG KARNO MENEMUKAN MAKAM IMAM AL BUKHARI

DI Tashkent tidak ada jalan bernama Bung Karno. Tapi bukan berarti rakyat Uzbekistan ini tidak mengenal presiden pertama Republik Indonesia itu.
Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam Al Bukhari, seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW. Begini ceritanya. Tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow. Kayaknya Khrushchev hendak menunjukkan pada Amerika bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet.
Karena bukan orang lugu, Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi dan menderita adalah rakyat. Bung Karno tidak mau membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.
Bung Karno mengajukan syarat. Kira-kira begini kata Bung Karno, “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak.”
Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”
Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”
Jelas saja Khrushchev terheran-heran. Siapa lagi ini Imam Al Bukhari. Dasar orang Indonesia, ada-ada saja. Mungkin begitu sungutnya dalam hati. Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan anak buah Khrushchev untuk menemukan makam itu, yang jelas hasilnya nihil.
Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”
Bung Karno tersenyum sinis. “Kalau tidak ditemukan, ya udah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”
Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas memerah. Khrushchev balik kanan, memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini. Nah, akhirnya setelah bolak balik sana sini, serta mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam kelahiran Bukhara tahun 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi rusak tak terawat.
Imam Al Bukhari yang memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di Indonesia itu dimakamkan di Samarkand tahun 870 M.
Khrushchev memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin.
Selesai renovasi, Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali. Intinya, misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Sambil tersenyum Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.” Setelah dari Moskow, tanggal 12 Juni 1961 Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent.

Kamis, 11 Juli 2013

BUNDA TITIK MEMBUKA KURSUS "GLOBAL PLUS" DI TEMPEL GEMPOL PASURUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tuntutlah ilmu sepanjang usia. Manusia dituntut untuk terus belajar karena dengan belajar masalah-masalah dunia dapat diatasi dengan mudah karena sudah mendapat ilmu. Berbeda dengan orang yang tidak berilmu biasanya bila menemui persoalan emosi selalu diutamakan. GLOBAL PLUS, Bimbingan belajar tetap membuka pendaftaran baru bagi siswa yang ingin diasah, diasuh dengan tutor yang profesional.

Hubungi :
Bu TITIK RAHMAWATI, S.IP, S.Pd.
Tempel Masjid belakang TK Zainiyah Hp. 081331086850

Rabu, 10 Juli 2013

PENEMUAN SITUS TERUNG DI DESA TAMBAK KEMERAAN, KRIAN

Awalnya iseng. Jansen Jasien hobi garuk-garuk tanah di sekitar rumahnya di Desa Tambak Kemeraan, Krian. Lama-lama, dia tertarik mengumpulkan batuan yang ditemukan. Penemuan terbarunya bukan batu sembarang batu. Itu candi! JANSEN senang mempelajari temuan batu bata yang ia koleksi sejak dua tahun lalu. Batu-batu itu ia kumpulkan satu per satu dari berbagai sudut desa. Mulai tempat tinggalnya di Desa Tambak Kemeraan RT 14 RW IV, hingga Desa Terung Wetan yang berjarak enam kilometer dari sana. Setelah diteliti, batu bata itu ternyata tersebar merata mengelilingi kawasan Terung Wetan sejauh empat kilometer. Jansen memperkirakan, usianya sudah ratusan tahun.
Dia juga meyakini, bendabenda itu merupakan peninggalan zaman Kerajaan Majapahit, 1.400 M silam.


Keyakinan tersebut diperkuat dengan keberadaan makam Raden Ayu Putri di sana. Raden Ayu adalah anak Adipati Terung, Raden Husein dari Kerajaan Majapahit. Untuk mengungkap misteri bebatuan temuannya, Jansen rela melakukan apa saja. Dia tidak asal gali tanah lagi. Pelukis cagar budaya ini harus melakukan penerawangan dulu, sebelum mulai menggali. Dia bahkan pernah menyamar sebagai pemulung dan mondar-mandir di semak belukar sebelah selatan makam Raden Ayu, siang dan malam. Hasilnya, Jansen menemukan, 15 meter dari sisi selatan
makam Raden Ayu merupakan situs bersejarah. Di sana terdapat dua sumur, yang dinamai Sumur Manggis dan
Sumur Gentong. Di kedalaman dua meter Sumur Gentong, ditemukan sebuah gentong. Sedangkan dari dalam Sumur Manggis, ditemukan batu bulat berbentuk manggis sumping delapan. “Itu merupakan ciri bagian sebuah kerajaan
besar,” terang Jansen.


Dari penelitian panjang yang ia lakukan sendiri selama dua tahun, Jansen akhirnya menemukan titik, yang dia anggap sebagai pusat Candi Terung. Dia mendapatkan lokasinya melalui hasil penerawangan. Sebelumnya, dia juga minta izin pada Sahuri (55) alias Mbah Huri, si pemilik tanah, untuk melakukan penggalian bersejarah
di sana.



Setelah menemukan bangunan pondasi berupa batu bata tersusun rapi berbentuk huruf ‘l’ beberapa waktu lalu, Jansen Jasien seorang penggiat seni warga krian, kini ia bersama warga desa yang lain kembali menemukan reruntuhan bangunan yang bentuknya berupa pondasi berbahan batu bata. Lokasinya berada sekitar 1 kilometer ke arah selatan tepatnya di dusun Terung Kidul. lokasinya berada di tengah kebun tebu jauh dari pemukiman warga.
Namun kondisinya sudah hancur karena tertimbun tanah selama ratusan tahun dan tergenang air sehingga tidak diketahui bentuk aslinya. selain bangunan pondasi, juga ditemukan batu ceper berbentuk persegi atau dalam istilah sejarahnya disebut batu Umpak dan juga sumur dengan diameter sekitar 1 meter.
“Penemuan baru ini diperkirakan merupakan tempat meletakkan sesaji di area pemujaan karena di sekitar tempat tersebut juga ditemukan pecahan keramik dan gerabah”ucap Pria yang peduli terhadap peninggalan dan sejarah asal-usul desa Terung Wetan ini Senin (06/05/2015).
Jansen juga menambahkan, diperkirakan masih banyak bagian situs yang bisa ditemukan di lokasi tersebut, namun oleh pihak desa selaku pemilik tanah hanya area seluas 20 kali 20 meter yang diijinkan untuk dilakukan penggalian. Selain penemuan tempat sesaji, ke arah barat sekitar 3 kilometer juga ditemukan situs semaji yang kondisinya sama hancur tak tersisa termakan jaman hanya batu Andesit merah dan batu berbentuk lingga yang bisa dilihat bentuknya.
Desa Terung Wetan merupakan bekas Kadipaten Terung yang menjadi daerah kekuasaan Majapahit. Kadipaten Terung diperintah Raden Husein adik Raden Patah Raja kerajaan Demak. Raden Husein terkenal dengan sebutan Adipati Terung dan memiliki putri yang dimakamkan di sebelah utara situs yang baru ditemukan itu. Kadipaten Terung sendiri diperkirakan musnah setelah terkena aliran lahar dingin letusan gunung ratusan tahun silam. Itu terlihat dari pasir yang menutupi dan berada di sekitar situs bersejarah ini.
“Warga memperkirakan masih banyak peninggalan kadipaten terung di desa terung wetan yang belum ditemukan sehingga warga menginginkan asal usul desa Terung Wetan yang konon dulunya Kadipaten Terung bisa dibuktikan dalam sejarah”Pungkasnya (SN1)

Senin, 08 Juli 2013

MAKAM KARAENG GALESONG DI DESA KAUMREJO DAERAH NGANTANG MALANG


Sejarah menuturkan, perjuangan Karaeng Galesong berlanjut ke tanah Jawa. Ia berlabuh di wilayah timur pulau Jawa dengan jumlah pasukan yang besar. Belum ada data yang jelas namun ada yang mengatakan lebih dari 4.000 prajurit. Di masa itu di wilayah Jawa Timur terdapat dua penguasa besar dan ditakuti, yakni Adipati Anom di Mataram dan Trunojoyo di Madura. Kedua penguasa besar ini saling bermusuhan. Karaeng Galesong diakrabi oleh Trunojoyo dan mendapat restu menikahi keponakan Trunojoyo.

Pelarian Karaeng Galesong ke tanah Jawa dikarenakan kekalahan kerajaan Gowa oleh Belanda pada tahun 1669. Ia tidak ingin berada di bawah jajahan Belanda, karenanya memilih untuk meninggalkan tanah Gowa bersama beberapa kerabat kerajaan. Mereka antara lain Karaeng Tallo Sultan Harunnarrasyid Tumenanga ri Lampana dan Daeng Mangappa, saudara kandung Karaeng Tallo. Dua lainnya paling terkenal adalah Karaeng Galesong Tumenanga Ritappana, dan Karaeng Bontomarannu Tumma Bicara Butta Gowa
Sebelum perkawinan Karaeng Galesong, Trunojoyo meminta Karaeng Galesong dengan pasukannya membantu menyerang Gresik dan Surabaya yang berada dalam kekuasaan Adipati Anom, Pasukan Karaeng Galesong seperti ditulis ahli sejarah Belanda, Degraff, Karaeng Galesong berhasil mengobrak-abrik pasukan Adipatai Anom yang kemudian lari ke jawa Tengah.

Menurut catatan sejarah, pada 21 November 1679 sang panglima wafat di daerah Ngantang Kabupaten Malang. Kisah kematiannya diperoleh sejarawan Leonard Andaya dari Kolonel Archief, yang catatannya sekarang masih tersimpan rapi di Denhaag.
Abadi di Ngantang
Adalah Ngantang, sebuah daerah di kabupaten Malang, tidak jauh dari kota Batu yang menjadi peristirahatan terakhir sang karaeng. Daerah ini sejuk dan asri, dan di sinilah terdapat sebuah pemakaman yang luasnya sekitar seratus meter persegi, dengan beberapa pohon kamboja tua.

Suasana pemakaman nampak bersih, hanya terdapat beberapa batu nisan dengan tatanan batu bata tua yang sudah berlumut dan sebuah gundukan agak memojok dengan nisan yang telah berlumut pula. Diyakini makam ini adalah kerabat Karaeng Galesong. Tidak jauh dari gundukan tersebut, terdapat batu nisan dari marmer yang tampaknya belum begitu lama dipasang. Di sinilah makam Karaeng Galesong berada. Kuburan yang ditata dengan tumpukan batu bata dipenuhi lumut. Di antara nisan dan kuburan, berdiri tiang sekitar satu meter dengan bendera merah putih. Di bawah kibaran bendera terdapat tulisan kata “pejuang”.

Pada prasasti marmer di kuburan itu, terukir tulisan berwarna emas menggunakan bahasa Arab, yang terjemahan bebasnya berarti, “di sinilah dimakamkan seorang pejuang yang berjuang dijalan Allah.” Di bawah prasasti ini terdapat tulisan nama sebuah kelompok pengajian, yang menyebut diri warga Malang keturunan Galesong.

Bugis Makassar di Malang
Masyarakat Bugis Makassar memang banyak bermukim di Malang dan sekitarnya. Karaeng Galesong pun menjadi kebanggaan. Ziarah ke makam sang karaeng merupakan rutinitas. Dua tahun lalu, misalnya, masayarakat Sulawesi-Selatan yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS Malang Raya) dan Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Indonesia Sulawesi-Selatan (IKAMI Sul-Sel Cab. Malang) mengadakan acara memperingati hari korban 40.000 Jiwa, yang salah satu kegiatannya adalah berziarah ke makam Karaeng Galesong.

Salah satu artikel di buletin Anging Mamiri yang diterbitkan oleh KKSS Malang raya, Salahauddin Basir menuliskan bahwa Dr. Wahidin Sudirohusodo, motor pergerakan Budi Utomo masih merupakan keturunan Galesong. Pada tahun 60-an, seorang guru besar di Universitas Gajah Mada bernama Prof. Mr.Djojodiguno, pakar hukum yang terkenal, sering bertutur kepada mahasiswanya bahwa ia berdarah Makassar, merupakan keturunan Karaeng Galesong. Tentu kita juga masih ingat, Setiawan Djodi, seniman dan budayawan yang dinobatkan sebagai keturunan Karaeng Galesong beberapa tahun lalu.

Tepatnya di Desa Kaumrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang,Jawa Timur (kira-kira 50km arah barat laut kota Malang), Dan menurut catatan di koran tersebut (lupa bawa karena ketinggalan di kampung), Karaeng Galesong adalah putra dari Sultan Hasanuddin, Ayam Jantan dari Timur yang melarikan diri ketika kerajaan Gowa/Bone dikalahkan Belanda dan melarikan diri ke tanah Jawa. Keberadaannya baru diketahui ketika ada upaya menjadikan Karaeng Galesong ini sebagai pahlawan nasional. Sampai-sampai data tentang desa tempat dia mengasingkan diri dicari sampai di buku-buku peninggalan Belanda di Musium Leiden.

Disebut Karaeng Galesong menetap dan dimakamkan di desa Hantang (sekarang Ngantang), beliau oleh warga setempat dipanggil Mbah Raja/Rojo. Dan benar tidaknya dia ini berasal dari Sulawesi Selatan telah dibenarkan oleh cicit Raja Bone terakhir yang akhirnya makam itu direnovasi oleh Pemerintah Daerah Bone dan kepala desa Kaumrejopun mendapat berkah dari situ karena diundang terbang ke Bone, Sulawesi Selatan sebagai wujud penghormatan atas terpeliharanya makam Mbah Raja alias Karaeng Galesong ini.