CANDI PARI PORONG SIDOARJO

Candi Pari adalah sebuah peninggalan Masa Klasik Indonesia di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur. Lokasi tersebut berada sekitar 2 km ke arah barat laut pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas saat ini

JEMBATAN PORONG-GEMPOL

Jembatan Porong Gempol dibangun pada masa penjajahan belanda, merupakan jalan penghubung yang sangat vital.

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK DI GEMPOL

Penghasilan masyarakat gempol di bidang pemanfaatan afalan perusahaan yang diperuntukkan masyarakat sekitar perusahaan yang terkena dampak baik langsung ataupun tidak langsung, afalan ini kemudian dikelolah dengan dikordinir oleh karya muda dengan kapasitas pekerja Rata-rata 200 orang bahkan mencapai 400 orang tiap harinya, upah pekerja dibayarkan langsung

CANDI BELAHAN ATAU CANDI SUMBER TETEK

Candi Belahan atau Candi sumber Tetek terletak di wilayah Dusun Belahan, Desa Wonosonyo, Kecamatan Gempol, Pasuruan, Jawa Timur, tepatnya sekitar 40 km dari kota Pasuruan. Candi ini sebenarnya kalau dilihat dari arsitektur bangunannya merupakan petirtaan yang sangat unik dan mempesona, karena terdapat dua patung wanita Dewi Sri serta Dewi Laksmi.

LUMPUR LAPINDO

Bencana Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

BANYU BIRU PASURUAN

Salah satu wisata favorit di Pasuruan, di banyu biru ini terdapat 4 kolam renang dan beberapa play ground. dari 4 kolam renang tersebut 2 diantaranya adalah kolam renang asli yang airnya dari sumber, air berwarna putih jernih agak kebiru-biruan, warna keliatan agak biru karena air sumber yang dalam.Wisata Alam banyu biru terletak disebelah Selatan kota Pasuruan,sekitar 30 menit perjalanan dari kota Pasuruan.

TITIK RAHMAWATI, S.IP, S.Pd.I (Bunda Titik)

Bunda Titik lahir di Wonoayu Gempol Pasuruan dan menyelesaikan pendidikan ilmu politik di Universitas Airlangga dan melanjutkan pendidikannya di IKIP PGRI Jember jurusan kependidikan. Berperan aktif dalam pendidikan PAUD dan TK dan mempunyai Lembaga Kursus Global di Tempel Pasuruan. Saat ini tinggal dan sebagai warga Surabaya namun dia ingin Gempol mencapai kejayaan seperti zaman Majapahit.

SMK WALISONGO 1 GEMPOL

SMK WALISONGO 1 GEMPOL adalah SMK terbesar se Kabupaten Pasuruan. Di dalamnya memiliki fasilitas yang memadai dan memiliki tenaga pengajar dari luar negeri (native speaker). Tidak hanya itu, SMK Walisongo 1 yang lebih dikenal dengan sebutan SWASA ini juga memiliki bibit-bibit penerus bangsa dan pengusaha yang tak kalah hebat dari SMK Negeri lainnya.

Selasa, 02 Juli 2013

DEWI KUSUMAWATI BUTUH DERMAWAN YANG BISA MEWUJUDKAN IMPIANNYA

Saya sadar bahwa saya adalah anak keluarga ekonomi  bawah. Dengan bekal hasrat, tekat dan motivasi belajar, ketekunan serta keuletan yang tinggi, saya sangat ingin melanjutkan sekolah setinggi-tingginya. Saya ingin menjadi lebih baik lagi dalam menggapai impian, harapan dan cita-cita saya yang selama ini dibatasi dengan kondisi perekonomian keluarga”

Nama Lengkap :
Dewi Kusumawati
Tempat / Tanggal Lahir :
Yogyakarta / 18 Agustus 1994
Alamat Rumah :
Penanggungan RT/RW: 06/23 Kejapanan, Kec.
Gempol, Kab. Pasuruan, Jawa Timur
Nama Orang Tua :
Mochamad Sholeh / Susilatun
Pekerjaan Orang Tua :
Juru Kunci (Penjaga Makam) / IRT
Asal SMP :
SMP Yapenas Gempol, Pasuruan

2009 Sekretaris II Karang Taruna RT/RW: 06/23 Gempol, Kab. Pasuruan
2009 Anggoita Tim Banjari Ki Ageng Penanggungan RT/RW: 06/23 Gempol, Kab. Pasuruan
2008 – 2009 Ketua Easy and Fund English Club SMP Yapenas Gempol
2008 – 2009 Ketua Regu Teratai Organisasi Pramuka SMP Yapenas Gempol
2006 – 2009 Bendahara I Kelas 1 – 3 di SMP Yapenas Gempol
2006 – 2007 Seksi Pendidikan I OSIS SMP Yapenas Gempol
2007 – 2009 Sekretaris I kelas 2 – 3 di SMP Yapenas Gempol
2004 – 2005 Anggota Palang Merah Remaja SD

Juara III Lomba PIK KIR Masalah HIV/AIDS Tingkat SMP se-Kabupaten Pasuruan
10 Besar Lomba Speech Contest Tingkat SMP se-Kabupaten Pasuruan
Juara II Lomba Seni Kaligrafi Antar SD se-Regional Gempol
Juara I Lomba Cerdas Cermat antar Kelas dalam Rangka Ulang Tahun SD
Juara Harapan II Lomba IPA (Fisika, Biologi) Tingkat SD se-Regional Gempol
Juara II Lomba Mengarang se-Kecamatan Gempol Tingkat SD

Dewi berasal dari keluarga kurang mampu di Kab. Pasuruan. Ayahnya yang hanya lulusan SMP bekerja sebagai Juru Kunci (Penjaga Makam) Ki Ageng Penanggungan – Kejapanan dengan penghasilan per bulan Rp. 200.000,- dan Ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Untuk menambah penghasilan, ibunya kadang bekerja sebagai pengasuh dengan penghasilan tidak tetap. Dengan penghasilan pas-pasan, orang tua Dewi tetap memaksakan diri agar anak-anaknya tetap bersekolah.
Karena prestasi yang baik, Dewi beberapa kali mendapatkan beasiswa di SMP dengan dibebaskan SPP per semester. Dewi memiliki keinginan yang kuat untuk lebih meningkatkan prestasinya agar bisa mengangkat kehidupan keluarganya dan menjadi manusia yang berguna.

Saat ini Dewi sudah diterima di SMK Yapenas Gempol. Dewi membutuhkan bantuan biaya sekolah, seragam, serta buku dan perlengkapan sekolah.

Minggu, 30 Juni 2013

PISANG KATES YANG UNIK DARI PASURUAN (KEBUN RAYA PURWODADI)

Pisang Unik dari Pasuruan.
Kebun Raya Purwodadi di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, meneliti pisang kates (Musa acuminata x Musa balbisiana). Pisang unik tersebut sebenarnya sudah ditanam sebagai koleksi sejak 1972 bersama ratusan jenis pisang lain. Kebun raya itu memiliki koleksi pisang 214 jenis, 103 kultivar dari tiga jenis induk silangan, dan satu marga.

Menurut peneliti pisang Kebun Raya Purwodadi (KRP) Lia Hapsari, pisang kates menjadi salah satu pisang kultivar kebanggaan KRP. Bentuknya sangat unik dan tidak ditemukan di luar Pasuruan.

Pisang kates sering berbuah, tapi tidak pernah diekspos sehingga luput dari perhatian peneliti. Akibatnya, informasi ihwal pisang kates nyaris tak ada. “Dulu ditanam sebagai koleksi saja,” kata Lia kepada Tempo, Kamis, 27 Juni 2013.

Penelitian pisang kates mulai dilakukan pada 2010. Selain untuk kepentingan sains, penelitian juga ditujukan untuk mengetahui potensi pisang kates sebagai pisang unggulan Pasuruan dan Indonesia. Hingga kini Lia baru bisa memaparkan deskripsi morfologi (penampakkan fisik) pisang kates.

Alumnus Jurusan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor itu menjelaskan, karakteristik morfologi pisang kates sangat unik, berbeda dibanding pisang pada umumnya. Keunikan terlihat dari buahnya. Buah pisang kates tidak bersisir dan tidak berbiji, tumbuh soliter dengan bentuk membulat dengan ujung tumpul. Bentuknya menyerupai buah pepaya sehingga boleh disebut dengan nama pisang pepaya (papaya like banana).

Pohon pisang kates berukuran sedang hingga besar dengan tinggi mencapai 3 meter. Batangnya semu berwarna hijau berlapis lilin tebal. Tandan pisang kates berukuran kecil hingga sedang dengan buah-buah soliter yang tersusun melingkar tak beraturan dan longgar.

Kulit buah tebal berlapis lilin, berwarna hijau saat muda dan kuning lemon saat matang. Daging buah yang sudah matang berwarna krem hingga kuning. Rasanya manis tanpa aroma. Dapat dikonsumsi sebagai pisang buah maupun pisang olahan. ”Masyarakat dari daerah asal pisang kates lebih menyukai makan pisang kates dalam kondisi segar,” ujar Lia.

Pisang unik tersebut aslinya berasal dari wilayah Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Lia belum pernah menjumpai kultivar serupa di daerah lain di Indonesia.

Akan tetapi, pisang kates diketahui masih satu grup dengan pisang pitogo dari Filipina. Morfologi pisang kates dan pisang pitogo pun mirip. Bedanya, pisang pitogo sudah menjadi kultivar populer yang dibudidayakan secara komersial di Filipina, dan telah dikenal penduduk Hawaii dan sekitar Kepulauan Pasifik.

Lia memaparkan, setelah penelitian morfologi, akan dilanjutkan dengan meneliti kandungan nutrisi dan gizinya agar bisa menjadi pisang unggulan Pasuruan dan Indonesia. Jadi bisa dibudidayakan secara komersial.

KRP mengusulkan dan mengajak Pemerintah Kabupaten Pasuruan bekerja sama untuk mendaftarkan pisang kates ke Kementerian Pertanian sebagai kultivar lokal Pasuruan. Dengan begitu, pisang kates akan mendapat perlindungan varietas tanaman (PVT) lokal.

Berdasarkan ketentuan Menteri Pertanian Nomor: 01/Pert/SR.120/2/2006 tentang Syarat Penamaan dan Tata Cara Pendaftaran Varietas Tanaman, pendaftaran varietas lokal hanya bisa dilakukan oleh pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) atau lembaga yang ditunjuk atau dibentuk sesuai lokasi sebaran geografis varietas lokalnya. Selaku wakil Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Pasuruan, KRP hanya memegang otoritas keilmuan.

Sumber:
ABDI PURMONO
TEMPO.CO
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/27/061491683/Pisang-Unik-dari-Pasuruan

TARI TERBANG RUDAT PASURUAN

Tari Terbang Rudat, Shalawat Dalam Seni Tradisional.
Istilah rudat Secara etimologis rinciannya belum ditemukan secara jelas. Tapi menurut sumber-sumber mengenai rudat, istilah ini bisa berasal dari bahasa Arab "rudatun" yang artinya "Taman Bunga". Dalam penjelasan lain dikatakan bahwa rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Seni rudat merupakan seni gerak dan vokal di iringi tabuhan ritmis dari waditra sejenis terbang. Syair-syair yang terkandung dalam nyanyiannya bernafaskan kegamaan, yaitu puja-puji yang mengagungkan Allah, Shalawat dan Rosul. Tujuannya adalah untuk menebalkan iman masyarakat terhadap agama Islam dan kebesaran Allah. Sehingga manusia bisa bermoral tinggi berlandasan agama Islam dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, seni rudat adalah panduan seni gerak dan vokal yang diiringi musik terbangan (Rebana) di mana di dalamnya terdaapat unsur keagamaan, senitari dan seni suara

TARI TERBANG RUDAT merupakan salah satu kesenian daerah di Jawa Timur. Tari ini merupakan kesenian berkarakter agama Islam yang dibawakan oleh para penari, vokalis dan pemain musik Rudat, dimana kolaborasi mereka harus tidak ada ketimpangan antara tarian, vokal dan musik, agar terlihat selaras. Lirik lagu yang dibawakan kesenian yang diiringi dengan musik terbang ini berisi lagu sanjungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesenian ini berkembang di daerah Purwodadi Kabupaten Pasuruan.


Dalam menyajikan kesenian rudat penari menggunakan kostum seragam yang menandakan bahwa mereka harus hidup rukun dengan tetangga, Alat musik utama yang digunkan dalam seni rudat adalah terbang (rebana) dikolaborasikan dengan beberapa jenis alat musik yang lain, diantaranya: Gedong, Bibit, Mapat Telu, Kemcang, Kempul Kembar, Nganak, Kempul yaitu alat musik yang digunakan dalam seni rudat minimal berjumlah delapan buah, apabila jumlah alat musik yang di gunakan kurang dari delapan musiknya akan terdengar timpang. Jika alat musik yang digunakan lebih dari delapan musik akan tetap terdengar harmonis.
*sumber: http://www.pasuruantourism.com/2011/07/tari-terbang-rudat.html
*sumber gambar:http://beritadaerah.com/denyuts/getContent/59544/9121
(Berita Daerah - Pasuruan) Sebuah kelompok tari membawakan Tari Terbang Rudat tampil dalam peringatan Hari Jadi ke-1083 Kabupaten Pasuruan di Alun-alun Kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (18/9). Hari Jadi Kabupaten Pasuruan diperingati dengan berbagai pergelaran aneka seni tradisional berbagai etnik yang ada di Pasuruan

JOKO UNTHUK CERITA RAKYAT PASURUAN

Cerita ini berasal dari Desa Winongan. Konon Winongan merupakan pusat pemerintahan Kadipaten Pasuruan. Adipati pada masa itu adalah Pangeran Murdangkoro yang berasal memimpin Kadipaten Pasuruan dengan adil dan Bijaksana hingga usia tua.


Pada saat itu, satu-satunya orang kepercayaan Pangeran Murdangkoro adalah Pangeran Ngrangrangkusuma. Pangeran Ngrarangkusuma adalah seorang pembuat senjata/ pusaka. Selain berkeahlian sebagai empu pembuat senjata, Pangeran Ngrarangkusuma dikenal jujur. Ia bahkan juga memiliki kepintaran dalam banyak bidang. Kerap kali dulu ketika masa pemerintahan Pangeran Murdangtoro, ia banyak memberi bantuan baik berupa bantuan pendapan maupun usaha.


Oleh sebab itu, kedudukan adipati kemudian digantikan Pangeran Ngrarangkusuma setelah Pangeran Murdangkoro meninggal. Pangeran Ngrangrangkusuma tidak menyia-nyiakan kesempatan berharga yang diperolehnya. Ia mulai belajar adipati yang berguna bagi rakyat. Meskipun mendapat jabatan tinggi, ia tidak sombong.


Pada suatu ketika, terjadi kegegeran di Kadipaten Pasuruan. Seekor kerbau besar sedang mengamuk di alun-alun Kadipaten. Semua orang berusaha menghentikan amukan kerbau itu. Namun, tidak satupun yang berhasil. Pangeran Ngrangrangkusuma juga mencoba meredam kemarahan kerbau itu. Namun, usaha Pangeran Ngrangrangkusuma juga menemui kegagalan.


Ditengah kebingungan masyarakat Kadipten, tiba-tiba muncullah seorang pria yang gagah berani. Tanpa rasa takut, ia memasuki alun-alun. Kemudian dengan kesaktian yang dimilikinya, ia dapat membuat kerbau itu menjadi penurut. Semua yang menyaksikannya menjadi tercengang. Mereka juga bertanya-tanya, siap gerangan lelaki asing yang sakti mandraguna itu.


Lelaki asing yang meredam kemarahan kerbau itu bernama Joko Unthuk . joko Unthuk anak keturunan Dewa. Ia pernah dibuang di kawah Gunung semeru pada masa bayinya oleh orang tuanya. Namun, ia masih hidup  dan muncul pada suatu mata air. Ia kemudian ditemukan seorang pertapa sakti. Dari pertapa sakti itulah kemudian kesaktian Joko Unthuk meningkat. Pertapa sakti itu memang menjadi guru Joko Unthuk.


“Siapa dan dari manakah engkau, wahai kisanak?” Tanya Adipati Ngrangrangkusuma pada Joko Unthuk.
“Saya adalah Joko Unthuk, seorang pengembara. Kebetulan saya sedang melintasi tempat itu dan melihat kerbau yang mengamuk tadi,” jawab Joko Unthuk penuh hormat.
“Saya mewakili warga Kadipaten Pasuruan mengucapkan banyak terima kasih atas pertolonganmu.”

“Sesama manusia diwajibkan untuk saling menolong.”

“Memang begitu seharusnya, Joko Unthuk. Sebagai rasa terimakasihku, bersediakah dirimu untuk kujadikan Wakil Adipati?”


Joko Unthuk tidak langsung menjawab tawaran Adipati Ngrangrangkusuma. Lama sekali Joko Unthuk memikirkan tawaran itu. Hinngga akhirnya ia berkeputusan untuk menerima tawaran itu.


Sejak itu, Joko Unthuk pun menjadi penasehat Kadipaten Pasuruan. Kebiasaannya mengembara pun dihentikannya. Joko Unthuk senang sekali mendapat perlakuan istimewa baik dari kerajaan maupun dari rakyat. Dari kerajaan, ia mendapatkan makanan yang cukup serta kemewahan berupa barang lain atau bahkan uang yang melimpah. Disamping itu, Joko Unthuk juga disegani dan dihormati oleh rakyat.


Joko unthuk benar – benar menikmati jabatan yang disandangnya. Lama – lama Joko unthuk terlena dengan segala kemewahan yang tiba – tiba dimilikinya. Ia menjadi sombong dan angkuh. Perlakuannya pada warga juga tidak sebaik pertama kali ia diangkat menjadi wakil adipati.


Dengan kesaktiannya, Joko Unthuk sering berlaku semena – mena pada rakyat. Tentu saja rakyat menjadi benci pada sikap Joko Unthuk. Pada mulanya, Adipati Ngrangrangkusuma tidak mengetahui perubahan yang terjadi pada diri Joko Unthuk. Setelah ia terjun langsung ditengah rakyat, barulah Adipati Ngrangrangkusuma mengetahui perubahan Joko Unthuk.


Adipati Ngrangrangkusuma mencoba menegur dan mengingatkan Joko Unthuk. Namun, teguran Adipati Ngrangrangkusuma ternyata dianggap sebuah ejekan oleh Joko Unthuk. Diam – diam, Joko Unthuk menyimpan dendam pada Adipati Ngrangrangkusuma. Hingga kemudian keserakahannya untuk menjadi Adipati semakin membulatkan tekadnya untuk melaksanakan balas dendamnya.


Setelah menegur Joko Unthuk, Adipati Ngrangrangkusuma tidak hanya tinggal diam. Ia menyuruh seorang utusan untuk memata –matai Joko Unthuk. Rencana balas dendam Joko Unthuk pun diketahui oleh Adipati Ngrangrangkusuma. Untuk berjaga – jaga menghadapi Joko Unthuk, Adipati Ngrangrangkusuma membuat keris sakti. Berhari – hari Adipati Ngrangrangkusuma menempa baja terbaik untuk ia bentuk menjadi keris. Belasan hari kemudian, keris buatan Adipati Ngranrangkusuma telah jadi.


Adipati Ngrangrangkusuma lalu menemui sahabatnya yang tinggal di Penanggungan. Sahabatnya adalah seorang empu pembuat senjat juga. Pada empu penunggu Penanggungan itu Adipati Ngrangrangkusuma meminta tolong untuk mencarikan Jin sakti sebagai penghuni keris itu. Dalam pencarian Jin itu, akhirnya empu penanggungan itu menemukan Jin yang sangat sakti. Empu Penanggungan menyuruh Jin itu untuk menghuni keris Adipati Ngrangrangkusuma. Setelah dihuni Jin sakti Penanggungan, keris buatan Adipati Ngrangrangkusuma menjadi semakin sakti. Kini ia pun tidak khawatir jika sewaktu –waktu Joko Unthuk berencana membunuhnya.


Pada suatu malam, Joko Unthuk berniat melakukan rencana balas dendamnya. Dengan mengendap – endap, ia berjalan menuju kamar Adipati Ngrangrangkusuma. Adipati Ngrangrangkusuma yang sedang tertidur pulas sama sekali tidak menyadari rencana jahat Joko Unthuk. Perlahan – lahan Joko Unthuk membuka jendela kamar Adipati Ngrangrangkusuma. Setelah terbuka kembali dengan langkah mengendap – endap ia berjalan mendekati Adipati Ngrangrangkusuma. Di tangan Adipati telah tersiap keris yang terhunus.


Saat Joko Unthuk hendak menghujamkan kerisnya pada Adipati Ngrangrangkusuma, tiba – tiba keris sakti Adipati Ngrangrangkusuma keluar dari sarangnya dan menusuk Joko Unthuk. Joko Unthuk mejerit kesakitan sembari memegang dadanya yang tertancap keris sakti. Adipati Ngrangrangkusuma yang mendengar jeritan Joko Unthuk seketika terbangun. Ia sangat terkejut saat mendapati Joko Unthuk telah mati dengan tubuh tertusuk keris.

Setelah Joko Unthuk tewas, kembali Kadipaten Pasuruan menjadi tenteram. Rakyat tidak lagi takut dengan tindakan semena – mena Joko Unthuk. Adipati Ngrangrangkusuma sangat senang melihat rakyatnya kembali bahagia.

Rabu, 24 April 2013

SEJARAH AIRLANGGA KAHURIPAN

Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah tahun 1009-1042 dengan gelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Sebagai seorang raja, ia memerintahkan Mpu Kanwa untuk mengubah Kakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan keberhasilannya dalam peperangan. Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibelah dua menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Jenggala, bagi kedua putranya.
Airlangga lahir tahun 990, Ayahnya bernama Udayana, raja Kerajaan Bedahulu dari Wangsa Warmadewa, Ibunya bernama Mahendradatta dari Wangsa Isyana dari kerajaan Medang.
Airlangga menikah dengan putri pamannya, yaitu Dharmawangsa Teguh di Watan, ibu kota Kerajaan Medang (Maospati,Magetan Jatim). Ketika pesta berlangsung, kota Watan diserbu Raja Wurawari yang menjadi sekutu Kerajaan Sriwijaya. Kejadian ini tercatat dalam prasasti Pucangan, penyerangan ini terjadi sekitar tahun 928 saka.
Dalam serangan itu, Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan Airlangga lolos ke hutan pegunungan Wanagiri ditemani pembantunya Mpu Narotama. Saat itu ia berumur 16 tahun, sejak kejadian itu ia mulai menjalani hidup sebagai seorang pertapa. Bukti peninggalannya dapat dijumpai di Sendang Made, Kudu, Jombang, Jatim. Setelah tiga tahun hidup di hutan, Airlangga didatangi oleh utusan rakyat yang memintanya membangun kembali kerajaan Medang, karene kota Watan sudah hancur, ia membangun kota Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan.
Saat pertamakali ia naik tahta wilayah kerajaannya hanya meliputi daerah Sidoarjo dan Pasuruan saja, karena sepeninggal Dharmawangsa Teguh banyak daerah bawahan yang melepaskan diri. Pada tahun 1023 Kerajaan Sriwijaya yang menjadi musuh besar Wangsa Isyana dikalahkan Rajendra Coladewa raja Colamandala dari India. Ini membuat Airlangga leluasa menyiapkan diri untuk menakhlukkan pulau Jawa
Sejak tahun 1025, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruhnya seiring dengan melemahnya Sriwijaya. Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun kekuatan untuk menegakkan kembalikekuasaan Wangsa Isnaya atas pulau Jawa. Namun awalnya tidak berjalan dengan baik, karena menurut prasasti Terep (1032), Watan Mas kemudian direbut musuh, sehingga Airlangga melarikan diri ke desa Patakan. Berdasarkan prasasti Kamalagyan (1037), ibu kota kerajaan sudah pindah di Kahuripan (Sidoarjo).
Airlangga pertama-tama mengalahkan Raja Hasin, 1030 menakhlukkan Wisnuprbhawa raja Wuratan, Wijayawarma raja Wengker, kemudian Panuda raja Lewa. Pada tahun 1032, Airlangga dikalahkan oleh seorang raja wanita dari Tulungagung, istana Watan Mas dihancurkan. Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala, dan membangun kota baru di Kahuripan, dalam tahun itu juga Raja Wurawari dapat dikalahkan bersama Mpu Narotama. Terakhir tahun 1035, Airlangga menumpas pemberontakan Wijayawarma raja Wengker yang pernah ditaklukannya dulu. Wijayawarma melarikan diri dari kota Tapa namun kemudian mati dibunuh rakyatnya sendiri.
Pembangunan Kerajaan
Kerajaan yang baru dengan pusatnya di Kahuripan, Sidoarjo ini, wilayahnya membentang dari Pasuruan di timur hingga Madiun di barat. Pantai utara Jawa, terutama Surabaya dan Tuban, menjadi pusat perdagangan yang penting untuk pertama kalinya. Airlangga naik tahta dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Airlangga juga memperluas wilayah kerajaan hingga ke Jawa Tengah, bahkan pengaruh kekuasaannya diakui sampai ke Bali. Menurut prasasti Pamwatan (1042), pusat kerajaan kemudian pindah ke Daha (Kediri).
Setelah keadaan aman, Airlangga mulai mengadakan pembangunan-pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan yang dicatat dalam prasasti-prasasti peninggalannya antara lain.
Membangun Sri Wijaya Asrama tahun 1036.
Membangun bendungan Waringin Sapta tahun 1037 untuk mencegah banjir musiman.
Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya di muara Kali Brantas, dekat Surabayasekarang.
Membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.
Meresmikan pertapaan Gunung Pucangan tahun 1041.
Memindahkan ibu kota dari Kahuripan ke Daha
Ketika itu, Airlangga dikenal atas toleransi beragamanya, yaitu sebagai pelindung agama Hindu Syiwa dan Buddha.
Airlangga juga menaruh perhatian terhadap seni sastra. Tahun 1035 Mpu Kanwa menulis Arjuna Wiwaha, yang diadaptasi dari epic Mahabharata. Kitab tersebut menceritakan perjuangan Arjunamengalahkan Niwatakawancaka, sebagai kiasan Airlangga mengalahkan Wurawari.
Pembelahan kerajaan
Pada tahun 1042 Airlangga turun takhta menjadi pendeta, ia bergelar Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana. Berdasarkan cerita rakyat, putri mahkota Airlangga menolak menjadi raja dan memilih hidup sebagai pertapa bernama Dewi Kili Suci. Nama asli putri tersebut dalam prasasti Cane (1021) sampai prasasti Turun Hyang (1035) adalah Sanggramawijaya Tunggadewi. Menurut Serat Calon Arang, Airlangga kemudian bingung memilih pengganti karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Mengingat dirinya juga putra raja Bali, maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama Mpu Bharada berangkat ke Bali mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan Udayana digantikan putra keduanya yang bernama Marakata sebagai raja Bali, dan Marakata kemudian digantikan adik yang lain yaitu Anak Wungsu.
Airlangga lalu membagi dua wilayah kerajaannya. Mpu Bharada ditugasi menetapkan perbatasan antara bagian barat dan timur. Peristiwa pembelahan ini tercatat dalam Serat Calon Arang, Nagarakretagama, dan prasasti Turun Hyang II. Maka terciptalah dua kerajaan baru. Kerajaan barat disebut Kadiri berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri Samarawijaya. Sedangkan kerajaan timur disebut Janggala berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan, diperintah oleh Mapanji Garasakan.
Dalam prasasti Pamwatan, 20 November 1042, Airlangga masih bergelar Maharaja, sedangkan dalam prasasti Gandhakuti, 24 November 1042, ia sudah bergelar Resi Aji Paduka Mpungku. Dengan demikian, peristiwa pembelahan kerajaan diperkirakan terjadi di antara kedua tanggal tersebut.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Airlangga meninggal. Prasasti Sumengka (1059) peninggalan Kerajaan Janggala hanya menyebutkan, Resi Aji Paduka Mpungku dimakamkan di tirtha atau pemandian. Kolam pemandian yang paling sesuai dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada kolam tersebut ditemukan arca Wisnu disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui Airlangga adalah penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung tersebut dapat diperkirakan sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya, yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu Mapanji Garasakan.
Tokoh-tokoh Penting masa Airlangga
Mahendradatta, juga dikenal di Bali dengan sebutan Gunapriya Dharmapatni, adalah puteri raja Sri Makutawangsa wardhana dari Wangsa Isyana (Kerajaan Medang). Ia menikah dengan Udayana, raja Bali dariWangsa Warmadewa, yang kemudian memiliki beberapa orang putra, yaitu Airlangga yang kemudian menjadi raja di Jawa, dan Anak Wungsu yang kemudian menjadi raja di Bali
Mpu Narotama adalah pembantu Airlangga yang setia menemani sejak masa pelarian sampai masa pemerintahan majikannya itu. Menurut prasasti Pucangan, Airlangga dan Narotama berasal dari Bali. Keduanya datang ke Jawa tahun 1006.
Sanggramawijaya Tunggadewi adalah putri Airlangga yang menjadi pewaris takhta Kahuripan, namun memilih mengundurkan diri sebagai pertapa bergelar Dewi Kili Suci. Pada masa pemerintahan Airlangga, sejak kerajaan masih berpusat di Watan Mas sampai pindah ke Kahuripan, tokoh Sanggramawijaya menjabat sebagai rakryan mahamantri alias putri mahkota. Gelar lengkapnya ialah Rakryan Mahamantri i Hino Sanggramawijaya Dharmaprasada Tunggadewi. Nama ini terdapat dalam prasasti Cane (1021) sampai prasasti Turun Hyang I (1035). Tokoh Dewi Kili Suci dalam Cerita Panji dikisahkan sebagai sosok agung yang sangat dihormati. Ia sering membantu kesulitan pasangan Panji Inu Kertapati dan Galuh Candrakirana, keponakannya.
Dewi Kili Suci juga dihubungkan dengan dongeng terciptanya Gunung Kelud. Dikisahkan semasa muda ia dilamar oleh seorang manusia berkepala kerbau bernama Mahesasura. Kili Suci bersedia menerima lamaran itu asalkan Mahesasura mampu membuatkannya sebuah sumur raksasa.
Sumur raksasa pun tercipta berkat kesaktian Mahesasura. Namun sayang, Mahesasura jatuh ke dalam sumur itu karena dijebak Kili Suci. Para prajurit Kadiri atas perintah Kili Suci menimbun sumur itu dengan batu-batuan, Timbunan batu begitu banyak sampai menggunung, dan terciptalah Gunung Kelud. Oleh sebab itu, apabila Gunung Kelud meletus, daerah Kediri selalu menjadi korban, sebagai wujud kemarahan arwah Mahesasura.
Dewi Kili Suci juga terdapat dalam Babad Tanah Jawi sebagai putri sulung Resi Gentayu raja Koripan. Kerajaan Koripan kemudian dibelah dua, menjadi Janggala dan Kadiri, yang masing-masing dipimpin oleh adik Kili Suci, yaitu Lembu Amiluhur dan Lembu Peteng.
Kisah ini mirip dengan fakta sejarah, yaitu setelah Airlangga turun takhta tahun 1042, wilayah kerajaan dibagi dua, menjadi Kadiri yang dipimpin Sri Samarawijaya, serta Janggala yang dipimpin Mapanji Garasakan.
Pada masa pemerintahan Airlangga dan raja-raja sebelumnya, jabatan tertinggi sesudah raja adalah rakryan mahamantri. Jabatan ini identik dengan putra mahkota, sehingga pada umumnya dijabat oleh putra atau menantu raja.
Dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan Airlangga sejak 1021 sampai 1035, yang menjabat sebagai rakryan mahamantri adalah Sanggramawijaya Tunggadewi. Sedangkan, pada prasasti Pucangan (1041) muncul nama baru, yaitu Samarawijaya sebagai rakryan mahamantri.
Sanggramawijaya Tunggadewi identik dengan putri sulung Airlangga dalam Serat Calon Arang yang mengundurkan diri menjadi pertapa bernama Dewi Kili Suci. Dalam kisah tersebut, Dewi Kili Suci diberitakan memiliki dua orang adik laki-laki. Dengan demikian, Samarawijaya dipastikan adalah adik Sanggramawijaya Tunggadewi.
Perang Saudara
Sebelum turun takhta tahun 1042, Airlangga dihadapkan pada masalah persaingan antara kedua putranya. Maka, ia pun membelah wilayah kerajaannya menjadi dua, yaitu Kadiri dan Janggala. Peristiwa ini diberitakan dalam Nagarakretagama dan Serat Calon Arang, serta diperkuat oleh prasasti Turun Hyang (1044).
Dalam prasasti Turun Hyang, diketahui nama raja Janggala setelah pembelahan ialah Mapanji Garasakan. Nama raja Kadiri tidak disebutkan dengan jelas, namun dapat diperkirakan dijabat oleh Samarawijaya, karena sebelumnya ia sudah menjabat sebagai putra mahkota.
Prasasti Turun Hyang tersebut merupakan piagam pengesahan anugerah Mapanji Garasakan tahun 1044 terhadap penduduk desa Turun Hyang yang setia membantu Janggala melawan Kadiri. Jadi, pembelahan kerajaan yang dilakukan oleh Airlangga terkesan sia-sia belaka, karena kedua putranya, yaitu Samarawijaya dan Mapanji Garasakan tetap saja berebut kekuasaan.
Adanya unsur Teguh dalam gelar Samarawijaya, menunjukkan kalau ia adalah putra Airlangga yang dilahirkan dari putri Dharmawangsa Teguh. Sedangkan Mapanji Garasakan adalah putra dari istri kedua. Dugaan bahwa Airlangga memiliki dua orang istri didasarkan pada penemuan dua patung wanita pada Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan, yang diyakini sebagai situs pemakaman Airlangga.
Pembelahan kerajaan sepeninggal Airlangga tidak membuahkan hasil. Perang saudara tetap terjadi antara Garasakan raja Janggala melawan Sri Samarawijaya raja Kadiri. Mula-mula kemenangan berada di pihak Janggala. Pada tahun 1044 Garasakan menetapkan desa Turun Hyang sebagai sima swatantra atau perdikan, karena para pemuka desa tersebut setia membantu Janggala melawan Kadiri.
Pada tahun 1052 Garasakan memberi anugerah untuk desa Malenga karena membantu Janggala mengalahkan Aji Linggajaya raja Tanjung. Linggajaya ini merupakan raja bawahan Kadiri. Piagam yang berkenaan dengan peristiwa tersebut terkenal dengan nama prasasti Malenga.
Mpu Bharada muncul dalam Serat Calon Arang sebagai tokoh yang berhasil mengalahkan musuh Airlangga, yaitu Calon Arang, seorang janda sakti dari desa Girah.
Dikisahkan pula, Airlangga berniat turun takhta menjadi pendeta. Ia kemudian berguru pada Mpu Bharada. Kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Berhubung Airlangga juga putra sulung raja Bali, maka ia pun berniat menempatkan salah satu putrnya di pulau itu.
Mpu Bharada dikirim ke Bali menyampaikan maksud tersebut. Dalam perjalanan menyeberang laut, Mpu Bharada cukup dengan menumpang sehelai daun. Sesampainya di Bali permintaan Airlangga yang disampaikan Mpu Bharada ditolak oleh Mpu Kuturan, yang berniat mengangkat cucunya sebagai raja Bali.
Berdasarkan fakta sejarah, raja Bali saat itu (1042) adalah Anak Wungsu adik Airlangga sendiri.
Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya demi perdamaian kedua putranya. Menurut  Nagarakretagama, Mpu Bharada bertugas menetapkan batas antara kedua belahan negara.
Dikisahkan, Mpu Bharada terbang sambil mengucurkan air kendi. Ketika sampai dekat desa Palungan, jubah Mpu Bharada tersangkut ranting pohon asam. Ia marah dan mengutuk pohon asam itu menjadi kerdil. Oleh sebab itu, penduduk sekitar menamakan daerah itu Kamal Pandak, yang artinya “asem pendek”.
Desa Kamal Pandak pada zaman Majapahit menjadi lokasi pendirian Prajnaparamitapuri, yaitu candi pendharmaan arwah Gayatri, istri Raden Wijaya.
Selesai menetapkan batas Kerajaan Kadiri dan Janggala berdasarkan cucuran air kendi, Mpu Bharada mengucapkan kutukan, barang siapa berani melanggar batas tersebut hidupnya akan mengalami kesialan. Menurut prasasti Mahaksobhya yang diterbitkan Kertanagara raja Singhasari tahun 1289, kutukan Mpu Bharada sudah tawar berkat usaha Wisnuwardhana menyatukan kedua wilayah tersebut.
Nagarakretagama juga menyebutkan, Mpu Bharada adalah pendeta Buddha yang mendapat anugerah tanah desa Lemah Citra atau Lemah Tulis. Berita ini cukup unik karena ia bisa menjadi guru spiritual Airlangga yang menganut agama Hindu Wisnu.
Calon Arang adalah seorang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad ke-12. Tidak diketahui lagi siapa yang mengarang cerita ini. Salinan teks Latin yang sangat penting berada di Belanda, yaitu di Bijdragen Koninklijke Instituut. ia adalah seorang janda pengguna ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. Calon Arang mempunyai seorang puteri bernama Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak dapat mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi puterinya, Calon Arang marah dan ia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda. Gadis tersebut ia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya, banjir besar melanda desa tersebut dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun muncul.
Raja Airlangga yang mengetahui hal tersebut kemudian meminta bantuan penasehatnya, Empu Baradah untuk mengatasi masalah ini. Empu Baradah lalu mengirimkan seorang prajurit bernama Empu Bahula untuk dinikahkan kepada Ratna. Keduanya menikah besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, dan keadaan pun kembali normal.
Calon Arang mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu-ilmu sihir. Pada suatu hari, buku ini berhasil ditemukan oleh Bahula yang menyerahkannya kepada Empu Baradah. Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri, ia menjadi marah dan memutuskan untuk melawan Empu Baradah. Tanpa bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak ia dikalahkan, desa tersebut pun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.

Kesimpulan
Airlangga adalah anak dari Udayana dari Wangsa Warmadewa, Ibunya bernama Mahendradatta dari Wangsa Isyana dari kerajaan Medang. Airlangga meempunya dua orang adik, yaitu Marakata yang kemudian menjadi raja Bali, dan Anak Wungsu yang menggantikan Marakata, Airlangga menikah dengan putri pamannya, yaitu Dharmawangsa Teguh di Watan, ibu kota Kerajaan Medang. Tetapi saat pernikahan berlangsung terjadi penyerangan besar dari raja Wurawari.
Dalam serangan itu, Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan Airlangga lolos ke hutan pegunungan Wanagiri ditemani pembantunya Mpu Narotama. Saat itu ia berumur 16 tahun, sejak kejadian itu ia mulai menjalani hidup sebagai seorang pertapa.
Diakhir masa pemerintahannya ia membagi kerajaanya menjadi dua yaitu Kadiri yang berpusat di Daha, dan Jenggala yang berpusat di Kahuripan. Dalam hal pemerintahan ia di bantu oleh Mpu Bharada yang juga sebagai gurunya, Mpu Bharada juga yang menjadi panutan ketika Airlangga membelah kerajaannya menjadi dua.

Sabtu, 20 April 2013

Proyek Tol Gempol-Pasuruan Kembali Bebaskan Lahan

Menyusul JORR W2 dalam pembebasan lahan, kali ini PT Transmarga Jatim Pasuruan, anak perusahaan Jasa Marga yang mengelola Jalan Tol Gempol-Pasruan melakukan pembayaran Uang Ganti Rugi (UGR) atas beberapa lahan yang berada di Koridor Jalan Tol Gempol-Pasuruan Seksi I.  Dengan demikian dari 16 % sisa lahan yang belum bebas untuk proyek pembangunan jalan tol seksi 1 kini semakin berkurang.
Pembayaran UGR ini dilakukan oleh Panitia Pembebasan Tanah (P2T) dan Tim Pembebasan Tanah (TPT) di Balai Desa Gununggangsir, Kecamatan Gempol, Pasuruan, Kamis (14/3) lalu.  Sementara lahan yang dibeaskan terdiri atas 12 bidang lahan dan bangunan seluas 0,2 hektar, dengan nilai pembayaran ganti rugi hampir mencapai 1 miliar rupiah. Lokasi lahan ini terletak di Desa Wonokoyo (4 bidang) dan Desa Gununggangsir (8 bidang) Kecamatan Gempol Pasuruan.
Menurut Panitia Pembebasan Tanah, Tri Mahendra, pihaknya menyampaikan apresiasi kepada warga yang telah ikhlas menyerahkan tanahnya kepada negara untuk dijadikan jalan tol Gempol- Pasuruan. “Karena kalau sampai bulan Juni nanti ada warga yang belum bersedia menyerahkan tanahnya, terpaksa kami akan lakukan konsinyasi ke pengadilan,” kata Tri tegas. Ini berarti pembangunan akan tetap berjalan walau warga belum menyerahkan tanahnya.

Sejarah Dusun Jurangpelen, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol , Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia

PROFIL DAN KONDISI DESA BULUSARI

  •  Legenda desa.

Tentang riwayat desa Bulusari belum dapat dipastikan tentang kebenarannya, mengingat ini hanya merupakan cerita dari orang – orang tua secara turun temurun sehingga nanti dalam penyajian tentang sejarah desa Bulusari ini terdapat kejanggalan sudilah memaklumi .

  • . Sejarah pemerintahan pada zaman kerajaan

Adapun yang babat hutan didaerah ini adalah semuanya punggawa dari kerajaan majapahit dibawah pimpinan Ratu Kencana Wungu , karena daerah ini merupakan daerah perbatasan / garis depan antara kerajaan Blambangan dengan Majapahit yang dibatasi oleh sungai Bangkok tepatnya sungai ini mengalir dari Kepulungan sampai ke Karangrejo dalam wilayah Kecamatan Gempol . Beliau – beliau ini sedang mengikuti Patih Logender dimana beliau-beliau ini sedang menjaga Damarwulan yang sedang di penjara oleh Patih Logender di Kunjorowesi ( yang sekarang ini menjadi Desa Kunjorowesi Kabupaten Mojokerto ). Didalam Beliau membabat hutan ini tidak menjadi satu melainkan terpencar yang antara lain adalah :
1.       Mbah Seco di daerah Bulu
2.       Mbah Brojo di daerah Sukci
3.       Mbah Seno di daerah Blimbing
4.       Mbah Samuel di daerah Jurangpelen
5.       Mbah Anggowicono di daerah Jembrung
Namun beliau-beliau sepakat apabila mendapat kesulitan agar berkumpul di bawah pohon Bulu . Dikarenakan pohon Bulu ini merupakan pohon Hasta , Jadi walaupun hutannya sangat lebat tetapi masih dapat terlihat dari jauh sehingga tidak sampai kehilangan arah .


DUSUN JURANGPELEN
  • Topografi dan Lokasi Dusun Jurangpelen
Dusun Jurang Pelen merupakan salah satu dusun yang berada di desa Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan, jarak dari ibu kota Kecamatan ± 7km, jarak dari ibu kota Kabupaten Pasuruan ± 40 km.Ketinggian tempat dusun Jurang Pelen berada pada ketinggian ± 575 meter dari permukaan laut. Bertopografi daerah pegunungan (tanah berbatu) dengan luas wilayah 436.417 m2.

Berdasarkan data Aministrasi Pemerintahan Desa tahun 2010, jumlah penduduk Dusun Jurang Pelen adalah terdiri dari 558 KK, dengan jumlah total 1990 Jiwa, dengan rician 997 jumlah laki-laki dan 993 jumlah perempuan.

Seacara Administratif Dusun Jurang Pelen terletak di wilayah Desa Buluh Sari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa dan dusun-dusun tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Dusun Pentongan Desa Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Di sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Jeruk Purut Desa Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kunjorowesi Kabupaten Mojokerto. Di sebelah timur berbatasan dengan Dusun Belimbing Desa Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.

Jarak tempuh Dusun Jurang Pelen ke Ibu Kota Kecamatan adalah 7 km yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar ± 15 menit. Sedangkan jarak tempuh ke Ibu kota Kabupaten adalah 40 km, yang dapat di tempuh dengan waktu sekitar 1 jam.

  • Keadaan Sosial dan Demografi

Dengan  adanya perubahan dinamika politik dan system politik di Indonesia yang lebih demokaratis , memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang di pandang lebih demokratis.

Dalam konteks politik lokal Dusun Jurang Pelen , hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg , pilpres , pemillukada , pemilugub) yang juga melibatkan warga masyarakat dusun secara umum.

Khusus untuk pemilihan kepala desa di dusun Jurang Pelen , sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa , biasanya para peserta atau kandidatnya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan dengan elit kepela desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah jabtan garis tangan keluarga-keluarga tersebut.

Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dpat diwariskan kepada anak cucu . Mereka di pilih karena kecerdasan , etos kerja , kejujuran , dan kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelim masa jabatannya habis jika ia melanggar aturan maupun norma-norma yang berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap.

Karena demikan, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah di tentukan dalam perundangan dan peraturan yang berlaku bisa mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa pada tahun 2007.

Pada pilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi , yakni hampir 95%. Tercatat ada tiga kandidat kepala desa pada waktu itu yang mengikuti pemiliha kepala desa. Pilihan kepala desa bagi warga masyarakat Dusun Jurang Pelen sperti acara perayaan desa.

Pada bulan Juli-Nopember 2008 masyarakat juga dilibatkan dalam pemilihan gubernur Jawa Timur putatran I dan II secara langsung. Walupun tingkat partisipasinya lebih rendah daripada pilihan kepala desa namun hamper 70% daftar pemilih tetap , memberikan hak pilihnya. Ini adalh proggres demokrasi yang cukup signifikan di Dusu Jurang Pelen.

Setelah proses-proses politik selesai , situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk pikuk, warga dalam  pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan sebagaimana awal mulanya. Masyarakt tidak terus-menerus terjebak dalam sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini di tandai dengan kehidupan yang penuh tolong menolong dan ngotong royong.

 Komposisi masyarakat di Dusun Jurang Pelen sangatlah beragam mulai dari pendatang baru sampai penduduk yang asli. 30% paenduduk di Dusun Jurang Pelen adalah orang Madura, dan 70% sisanya adalah penduduk asli daerah tersebut.

 
Suasana budaya masyarakat Jawa dan Madura masih sangat terasa di Dusun Jurang Pelen dalam kegiatan agama Islam misalnya, suasananya masih sangat di pengaruhi oleh aspek budaya dan sosial jawa dan Madura. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Jawa/Islam, masih adanya budaya nyandran, slametan, tahlilan, mithoni, dan lainnya, yang semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Jawa dan Islam.


  • Sejarah dan Asal Dusun Jurangpelen
 
SEJARAH TERBENTUKNYA DUSUN JURANG PELEN

Diriwayatkan oleh beberapa Tokoh Sesepuh Masyarakat Desa Bulusari , adapun yang babat hutan yang pada akhirnya menjadi Desa Bulusari ini adalah para punggawa dari kerajaan Majapahit di bawah pimpinan Ratu Kencana Wungu, karena daerah ini masih merupakan wilayah kekuasaan beliau yang berbatasan dengan Kerajaan Blambangan. Para punggawa itu itu sedang menjaga Damarwulan yang sedang dipenjara oleh Patih Logender di Kunjorowesi (penjara besi) yang sekarang menjadi sebuah nama daerah yang termasuk wilayah Kabupaten Mojokerto. Didalam proses pembabatan hutan ini mereka tidak menjadi satu, melainkan terpencar yaitu :

1.       Mbah Seco di daerah Bulu.

2.       Mbah Brojo di daerah Sukci.

3.       Mbah Seno di daerah Blimbing.

4.       Mbah Samuel di daerah Jurangpelen, dan.

5.       Mbah Anggowicono di daerah Jembrung.

Namun mereka sepakat bila mendapat kesulitan agar berkumpul dibawah pohon BULU, karena pohon tersebut merupakan pohon HASTA. Jadi walaupun lebatnya hutan, pohon tersebut tetap terlihat dari jauh sehinga tidak kehilangan arah.

Dengan terbukanya hutan hasil babatan hutan, mereka mendiami bersama istrinya masing-masing sampai berketurunan anak cucu. Sebelumnya mereka sempat berpesan pada anak cucunya, apabila kelak dikemudian hari daerah ini sudah ramai agar diberi nama sesuai dengan tanda-tanda pertama kali membabat hutan, yaitu : Bendomungal, Jatipentongan, Jurangpelen, Sumberpandan, Jembrung, Blimbing, Sukci, dan Bulu. Dan sebagai kesepakatan terdahulu maka daerah-daerah tersebut diringkas menjadi satu wilayah pemerintahan, yaitu BULUSARI. Kemudian masing-masing dari daerah – daerah tersebut berkembang menjadi sebuah dusun dan salah satunya adalah Dusun Jurang Pelen.



ARTI NAMA DUSUN JURANG PELEN

                                Nama dari Dusun Jurang Pelen memiliki makna tersendiri. Mengapa dinamakan Dusun Jurang Pelen? Kata Jurang , berasal dari kata jurang atu tebing dikarenakan di dusun tersebut banyat terdapat jurang atau tebing. Yang terdapat di sepanjang kanan dan kiri jalan di dusun tersebut.

                                Kata Pelen artinya rusak; dikarenakan jalan-jalan di dusun tersebut dahulunnya rusak total , karena banyak truk-truk besar atau alat-alat besar yang di gunakan untuk aktifitas penambangan pasir dan batu. Bahkan sampai sekarangpun masih rusak dan masih belum di perbaiki.

  • Bentang Alam
Dsn Jurang Pelen merupakan suatu daerah yang  eksotik  dimana sejauh mata memandang yang terlihat adalah suatu maha karya yang luar biasa indah, kesana berulang kalipun kita tak akan bosan . Jurang pelen terletak di daerah perbukitan , sehingga banyak menyajikan pemandangan yang indah seperti daerah sabana yang luas, bahkan daerah sabana di sana masih banyak yang perawan artinya  masih hanya digunakan untuk keperluan ternak. Sungai-sungai yang  mengalir jernih , biasanya oleh penduduk sekitar digunakan untuk keperluan mandi , buang hajat, serta mencuci. Walaupun di dusun tersebut sudah banyak yang memiliki kamar mandi , tetapi masyarakatnya banyak yang lebih suka mandi di sungai selain karena airnya bersih, juga karena di dusun tersebut mencari air bersih itu susah. Sebenarnya ada air bersih , yang berasal langsung dari pegunungan tapi untuk mengambil air tersebut harus menempuh jarak yang lumayan jauh yaitu terletak di depan rumah kepala desa selain itu mereka juga harus antri dengan masyarakat yang lainnya. Air bersih tersebut di tempatkan dalam suatu ta-ndon yang besar, ada 3 tandon besar yang terletak di dusun tersebut. Oleh karena itulah , mereka lebih memilih mandi di sungai selain karena airnya melimpah juga bersih, tapi itu hanya berlaku untuk musim hujan jika musim  kemarau  datang biasanya air yang ada di sungai akan kering. Lalu masyarakatpun memilih mandi memakai air dari pegunungan, serta di bagi juga untuk keperluan air minum.

Di Dsn. Jurang Pelen banyak terdapat pohon-pohon dengan beraneka macam dan bentuk yang unik karena memang dulunya di daerah tersebut merupakan daerah hutan yang  lebat. Pohon-pohon yang ada di daerah tersebut adalah: pohon jati, pohon akasia, pohon mangga, pohon asam, pohon petai,pohon bambu, pohon beringin, pohon asem rowo, dll. Karena banyak pohon-pohon itulah , sehingga tidak heran kalau dusun tersebut sangat asri, dan bebas dari polusi.

Tapi ada salah satu keunikan tersendiri , yang merupakan cirri khas tersendiri  dari Dsn. Jurang Pelen yang membedakannya dengan dusun-dusun yang lainnya. Bahwa di dusun tersebut banyak di kelilingi oleh jurang dan tebing, yang terletak di samping kiri dan kanan jalan dari dusun tersebut,  jalannyapun kebanyakan naik turun. Memang itulah yag membuat Dsn. Jurang Pelen menjadi lebih indah dan eksotis.

  • Potensi Daerah

Dusun Jurang Pelen adalah salah satu dusun di Desa Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan  yang memiliki potensi yang sangat banyak untuk dikembangkan lebih lanjut agar masyarakat di Dusun tersebut memiliki pendapat yang lebih banyak dari sekarang selain itu agar kedepannya Dusun Jurang Pelen lebih berkembang.

Salah satunya adalah sawah , Sawah-sawah terhampar luas dengan beraneka macam warna tanaman yang di tanam oleh masyarakat di dusun tersebut. Seperti tanaman padi,tebu,  sayur-mayur(kangkung,sawi.kemangi),serta buah-buahan(pisang ,nanas,rambutan). Memang sebagian besar  masyarakat  di dusun tersebut bermata pencaharian sebagai petani  dan buruh tani.Biasanya mereka memakai sistem gilir kacang, jadi setelah mananam padi dan memanennya , kemudian mereka menanam tebu. Hal ini di maksudkan untuk menghindari hama serta akan membuat tanaman menjadi lebih sehat dan akan mendapatkan hasil panen yang melimpah.Tetapi masyarakat di Dusun Jurang Pelen masih terlihat belum maksimal dalam hal pendistribusian hasil panen, karena mereka hanya menjual di sekitar desa padahal kalau di jual ke luar daerah akan menghasilkan pandapatan yang cukup besar.

Bahkan masyarakatpun memanfaatkan tanah kosong di samping rumah,maupun di depan rumah untuk berkebun , selain untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi mereka sendiri juga untuk memanfaatkan lahan yang kosong. Tanaman yang biasa mereka tanam adalah tanaman seperti nanas, jagung, cabe, papaya, pisang, ketimun , kangkung, dan lain-lain.Tanah kosong yang mereka manfaatkan sebenarnya lumayan besar, jadi kalau hasil dari berkebun itu hanya di manfaatkan untuk kehidupan sehari-hari itu sangat berlebihan.

 Di desa tersebut banyak di bangun tambang-tambang pasir dan batu. Jadi setiap hari banyak truk-truk besar yang mengangkut pasir dan batu yang keluar masuk dari dusun tersebut, bagi masyarakat pun itu merupakan hal yang biasa terjadi setiap hari, sepeti suara bising alat-alat besar yang mengebor tanah untuk mencari daerah mana yang banyak mengandung pasir dan batu, teriakan para pekerja yang bekerja di daerah pertambangan, serta suara bising truk-truk yang mengangkut hasi dari pertambangan. Bahkan di dusun tersebut ada 2 Perusahaan besar yang mengurusi masalah pertambangan di dusun tersebut.

Memang penambangan pasir dan batu di dusun Jurang Pelen banyak memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Dusun tersebut, tetapi penambangan tersebut juga memberikan dampak negative yaitu, kerusakan alam karena Perusahaan penambang nampaknya tidak menghiraukan akibat kerusakan yang terjadi. Bahkan tidak melakukan konservasi di lahan yang luasnya mencapai ratusan hektar itu. Kondisi ini hingga kini masih berlangsung, dan situasnya telah berubah. Di era tahun 1980-an, khususnya di Dusun Jurang Pelen Desa Bulusari, Kecamatan Gempol terlihat masih alami. Kini situasinya telah berubah. Hamparan hijau yang menghiasi bukit-bukit di sana kini telah berubah berwana coklat dan belubang-lubang. Itu terlihat sejak terjadinya upaya penambangan pasir dilakukan oleh para pengusaha dan warga di sekitarnya. Bahkan ketinggian dari tebing hasil penambangan liar dan penambangan resmi mencapai 60 meter. Sehingga tidak heran jika sebagian masyarakat yang berumur 18-30 tahun bermata pencaharian nya adalah sebagai buruh di perusahaan tersebut.

Di Dusun Jurang Pelen banyak terdapat padang rumput, hal itu menyebabkan di daerah tersebut banyak masyarakat yang memiliki peternakan seperti sapi, ayam , kambing. Bahkan ada yang memiliki ternak hingga puluhan ekor, biasanya para peternak yang memiliki ternak yang banyak tersebut digunakan untuk keperluan konsumsi dan hari raya kurban.

 
  • Review mengenai Dusun Jurangpelen 
Dusun Jurang Pelen merupakan salah satu dusun yang berada di desa Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan, jarak dari ibu kota Kecamatan ± 7km, jarak dari ibu kota Kabupaten Pasuruan ± 40 km. Ketinggian tempat dusun Jurang Pelen berada pada ketinggian ± 575 meter dari permukaan laut. Luas wilayahnya berkisar 436.417  m2. Nama dari Dusun Jurang Pelen memiliki makna tersendiri. Kata Jurang , berasal dari kata jurang atu tebing dikarenakan di dusun tersebut banyak terdapat jurang atau tebing. Yang terdapat di sepanjang kanan dan kiri jalan di dusun tersebut.
                                Kata Pelen artinya rusak; dikarenakan jalan-jalan di dusun tersebut dahulunnya rusak total , karena banyak truk-truk besar atau alat-alat besar yang di gunakan untuk aktifitas penambangan pasir dan batu. Bahkan sampai sekarangpun masih rusak dan masih belum di perbaiki. Sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat di jurang pelen sering mengeluhkan debu-debu dari truk-truk besar yang mengakibatkan penyakit-penyakit seperti batuk-batuk. Awal mula Dusun Jurang Pelen merupakan sebuah hutan yang sangat lebat dan belum terjamah oleh manusia. Sehingga dusun yang eksotik ini terjelma dari kalangan atau sekelompok manusia yang membuka lahan untuk menjadi tempat tinggal. Di perkirakan dusun ini dahulu mempunyai sumber air yang melimpah sehingga wilayah ini di huni oleh orang-orang berbagai kalangan. Beberapa sungai yang kering adalah sebagai bukti bahwa dulu terdapat sumber air di tempat tersebut. Kependudukan di dusun jurang pelen adalah 30% orang Madura dan 70% orang asli. Tingkat perekonimian di dusun jurang pelen masih tergolong rendah yang diakibatkan pendidikan yang kurang. Bias dilihat dari Tingkat pendapatan yang hanya mencapai rata-rata Dusun adalah Rp. 400.000,00, dan fasilitas pendidikan di dusun ini hanya terdapat Di Dusun Jurang Pelen hanya terdapat satu sekolah saja yaitu Sekolah Dasar Negeri Bulusari II.
   
Berdasarkan deskripsi beberapa  fakta di atas, dapat di pahani bahwa dusun Jurang pelen, mempunyai dinamika politik local yang bagus. Ini dilihat dari pemilihan kepala desa dan kepala dusun yang terstruktur dengan rapi dalam artian mekanisme memilih pemimpinnya dengan cara mengguanakan aspirasi masyarakat sebagai perantara pemilihannya. Potensi yang dimiliki di dusun jurang pelen terbilang cukup banyak, bisa dilihat dari factor alam yang dimiliki. Tanah yang subur menjadi salah satu nya, lahan tersebut bisa saja dimaksimalkan untuk perekonomian warga setempat, dan bisa dijual tidak hanya di dalam desa melainkan di wilayah lain ataupun di kota lain.  Adanya Penambang pasir adalah sebagai bukti bahwa potensi pasir di dusun jurang pelen sangat besar. Bahkan di dusun tersebut ada 2 Perusahaan besar yang mengurusi masalah pertambangan di dusun tersebut.  Tetapi adanya perusahaan tambang pasir ini mengakibatkan jalan dan alam yang ada di dusun jurang pelen rusak, jalanan yang rusak serta debu-debu yang dihasilkan mengganggu aktifitas keseharian warga sekitar terganggu. Dari potensi-potensi yang dimiliki di dusun jurang pelen harus di maksimalkan oleh masyarakat ataupun pemerintah agar perekonomian desa nantinya bisa meningkat.